Banyak
sejarah masuknya Islam yang berbeda-beda dan saling bersangkutan. Kali
ini kita akan membahas bagaimana masuknya islam ke Indonesia. Pembawa ajaran islam
datang dengan damai dan ramah sehingga diterima oleh penduduk sekitarnya. Dengan
cara itu ajaran islam sangat mudah sekali mempenaruhi penduduk sekitarnya. Apalagi
cara masuk agama islam sangatlah mudah, hanya dengan menggunakan dua kalimat
syahadat, orang yang mengucapkannya sudah menjadi orang islam. Seperti itulah
singkat cerita awal dari masuknya islam ke Indonesia, mari kita telusuri lebih
jauh dan detail tentang proses masuknya islam serta penyebaran dan
perkembangannya sebagai berikut.
Ada teori-teori dari sebagian orang yang mengungkapkan
proses masuk islam, dan diantaranya yaitu :
A. M.C. Rickelf
Kemungkinan
berlangsungnya memulai dua proses. Pertama, penduduk pribumi (Indonesia)
berhubungan dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Dan yang kedu,
orang-orang asing (Arab, India, Persia, dan lain-lain) yang telah memeluk agama
Islam bertempat tinggal secara tetap pada suatu wilayah di Indonesia, melakukan
pernikahan campuran, dan mengikuti gaya hidup local sehingga mereka berbaur
menjadi orang Jawa, Melayu, Sunda, atau anggota suku lainnya. Kedua proses ini
mungkin telah sering terjadi bersamaan.
B. Supartono Widyosiswoyo
Menurut
penetrasi Islam dibagi menjadi tiga jalur, yakni jalur Utara, Jalur Tengah,
Jalur Selatan. Jalur Utara adalah masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia.
Dari sanalah Islam bergerak ke timur melalui jalur darat Afganistan, Pakistan,
Gujarat, lalu kemudian menempuh jalur laut menuju Indonesia. Melalu jalur Utara
ini Islam tampil dalam bentuk barunya, yakni aliran tasawuf. Aliran inilah yang
paling cepat mendorong konversi penduduk Indonesia ke dalam Islam Nusantara.
Aceh adalah salah satu basis persebaran Islam Jalur Utara ini. Jalur Tengah
adalah masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur
semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari situ lah Islam menyebar dalam bentuk yang
relative asli, diantara lain adalah Wahhabi. Jalur Selatan pangkalnya di
wilayah Mesir. Pada saat itu, Kairo adalah merupakan pusat penyiaran agama
Islam modern dan Indonesia memperoleh pengaruhnya dalam bentuk organisasi
keagamaan, Muhammadiyah. Kegiatan melalui jalur ini terutama pendidikan,
dakwah, dan penentangan bid’ah.
C. Ahmad Mansyur Suryanegara
Ahmad
Mansyur Suryanegara dalam bukunya “Menemukan Sejarah”, menyatakan bahwa adanya
tiga teori dalam memandang masuknya Islam ke Indonesia, yakni adalah sebagai
berikut.
Teori Gujarat menyatakan bahwa agama Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat, India.
Dasar dari teori ini adalah kurangnya fajta yang menjelaskan peranan bangsa
Arab dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia, hubungan dagang indonesia
dengan Indonesia memang telah lama melalui jalur Indonesia-Gujarat-Timur
Tengah-Eropa, adanya Batu Nisan Sultan Samudra Pasai, yakni Malik al Saleh
(1297) khas Gujarat, keterangan Marcopolo tahun 1292 yang mencetikan bahwa di
Perlak sudah banyak peduduk yang memeluk agama Islam dan banyak pedagan Islam
dari India. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgrontje, W.F. Stutterheim,
dan Bernard H.M. Vlekke.
Teori Mekkah adalah merupakan teori yang
muncul sebagai sanggahan terhadap teori Gujarat. Pendukung teori Mekkah ini
adalah HAMKA, Van Leur, dan T.W. Arnold. Teori mekkah berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan penyebarannya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah pada abad ke-7, yakni tahun 647 di Pantai Barat Sumatra
sudah terdapat perkembangan Islam (Arab). Kerajaan Samudra Pasai menganut
aliran mazhab syafi’I padahal pengaruh mazhab syafi’I terbesar pada waktu itu
adalah Mesir dan Mekkah. Raja Samudra Pasai menggunakan gelar ‘’all Malik’’ yang
mempunyai kesamaan dengan gelar yang dipakai di Mesir.
Teori Persia berpendapat bahwa Agama Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Pendukung teori Persia ini adalah Umar Amir Husen dan P.A Hussein Jayadiningrat.
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia, seperti mengenai peringatan 10 Muharram atau Asyura atas
meninggalnya Imam Husein cucu nabi Muhammad saw. di daerah Sumatra barat
peringatan tersebut di sebut dengan upacara tabulik atau tabut, kesamaan ajaran
sufi yang dianut oleh Syekh Siti Jennar dengan ajaran sufi dari Iran, yakni al
Hallaj, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf arab untuk
tanda-tanda bunyi harakat, ditemukannya Makam Maulana Malik Ibrahim yang
berangka tahun 1419 di Gersik, adanya perkembangan Leren/Leren di Giri, Gersik
ayng menyamai kesamaan dengan nama Perkembangan di Persia.
Proses masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara
bertahap. Cara penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia melalui
berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih menguntungkan
lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah dengan anak raja
atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam, rakyatnya pun akan
mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat
(Sunan Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan
putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati
Tuban (R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh
Jali (Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di
Demak, Kudus, Cirebon, Tuban, dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal
itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya
masyarakat yang telah ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang
tetap dipelihara dalam rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain
perayaan Garebek Maulud (Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut :
·
Maulana Malik Ibrahim
·
Sunan Ampel
·
Sunan Drajad
·
Sunan Bonang
·
Sunan Giri
·
Sunan Kalijaga
·
Sunan Kudus
·
Sunan Muria
·
Sunan Gunung Jati
Pengaruh Budaya Modern di Indonesia
Indonesia
merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan mempunyai peranan
penting dalam jalur perdagangan, budaya, politik, dan sebagainya. Semakin
majunya perkembangan di dunia Indonesiapun ikut berkembang di berbagai bidang
yang bisa disebut modernisasi. Modernisasi adalah proses
perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam
rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Banyak sekali
pengaruh luar seperti budaya barat yang masuk dan berkembang di Indonesia
seperti cara berpakaian, cara hidup, dan sistem politik serta pemerintahan.
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pengaruh budaya
modern ini dalam aspek positif ataupun negative, diantara lainnya sebagai
berikut.
Dampak positif masuknya budaya
asing bagi bangsa Indonesia
§ Perubahan tata nilai dan sikap
§ Pola pikir masyarakat yang berubah, dan
menuju masyarakat yang modern
§ Berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga
teknologi, sehingga masyarakat bisa mengetahui informasi yang ada di Indonesia
dan di dunia
§ Tingkat kehidupan yang lebih baik
§ Sikap yang lebih baik seperti, disiplin,
sigap dan lain sebagainya
§ Bermunculan produk-produk luar negeri
yang diproduksi di Indonesia, membuat terciptanya lapangan pekerjaan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia
§ Dapat memperkaya keberagaman budaya
Indonesia bila dimanfaatkan dengan baik
Dampak
negatif masuknya budaya asing bagi bangsa Indonesia
§ Pola hidup konsumtif
§ Sikap individualistis
§ Gaya hidup kebarat-baratan
§ Kesenjangan sosial
§ Menggunakan busana yang idak sesuai
dengan norma yang berlaku di Indonesia
§ Materialistis
§ Budaya hidup bermewah-mewahan
§ Tersingkirnya produk dalam negeri, karena
masyarakat cenderung memilih ke barang impor yang anggapannya memiliki merk dan
kualitas tinggi.
§ Dengan masuknya budaya asing tersebut,
maka akan menyebabkan lemahnya nilai-nilai budaya bangsa, dan masyarakat
lama-kelamaan akan meninggalkan budaya Indonesia yang dianggapnya sudah kuno.
§ Terjadinya perubahan budaya, misalnya
pada masa lalu masyarakat akan mengunjungi rumahnya apabila ada hal yang ingin
disampaikan, akan tetapi karena sudah ada handphone dan tekhnologi canggih maka
dapat melalui pesan singkat atau telephone. Ini akan membuat hubungan antara
keduanya tidak sedekat apabila langsung bertemu (bersilaturahmi).
§ Minat terhadap budaya Indonesia semakin
berkurang karena beralih ke budaya barat, sebagai contoh anak muda akan lebih
minat dengan tarian modern (dance) daripada tari-tarian tradisional (misal :
tari jaipong).
§ Anak-anak Indonesia lebih sudak bermain
game online daripada mainan-mainan tradisional seperti main kelereng,
gangsingan, dan lain sebagainya.
Sekian yang dapat saya
jelaskan tentang Peranan Hindu-Budha, Islam, dan Modern di Indonesia. Mohon
maaf bila ada kekurangan serta salah kata yang menyinggung perasaan anda,
karena saya hanyalah manusia yang tak luput dari dosa dan kesempurnaan hanya
milik Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih atas kunjungan dan perhatiannya,
terimakasih.
Daftar Pustaka
http://www.markijar.com/2015/05/pengaruh-perkembangan-hindu-buddha-pada.html
http://www.solusismart.com/pengaruh-hindu-budha-di-indonesia/
http://www.ilmubagi.id/2015/04/pengaruh-kebudayaan-hindu-budha-di_0.html
http://www.gerbangilmu.com/2014/06/dampak-pengaruh-agama-hindu-budha-di.html
http://www.seputarpendidikan.com/2015/11/sejarah-teori-dan-proses-masuknya-islam- ke-indonesia.html
http://www.softilmu.com/2014/08/perkembangan-islam-di-indonesia.html
https://jagoips.com/2013/04/24/teori-teori-masuknya-islam-ke-indonesia/
http://www.pengertianahli.com/2013/08/pengertian-modernisasi.html