Peranan Budaya Hindu-Budha, Islam, dan Modern di Indonesia
Awal Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak keanekaragaman budaya yang berbeda beda mulai dari adat, agama, dan keseniannya. Indonesia memiliki penduduk yang sangat beranekaragam memeluk kepercayaan dan keyakinan mereka masing masing, seperti Hindu-Budha dan Islam. Serta dalam perkembangan dunia banyak pengaruh budaya luar yang masuk mempengaruhi Indonesia dalam cara hidup dan sebagainya. oleh karena itu, mari kita mencaritahu sejarah dan proses masuk dan berkembangnya berbagai budaya di Indonesia. Kali ini kita akan membahas tentang Budaya Hindu-Budha, islam dan Modern.
Awal Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia
Hindu-Budha merupakan salah satu agama dan kebudayaan yang ada di
Indonesia. Sejak abad pertama, Indonesia sudah menjalin kontak dengan negara
luar yaitu India dan China melewati jalur perdagangan. Dari situlah masuknya
ajaran agama, kebudayaan, sastra, dan politik dari India dan China ke
Indonesia, yaitu Hindu-Budha. Telah banyak pembuktian pernyataan ini dengan
adanya peninggalan prasasti dan kitab kerajaan terdahulu dan budaya barat sana.
Bahkan banyak teori-teori yang mendukung proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha
yang telah berkembang seperti Teori Waisya, Teori Ksatria, Teori Brahmana, dan
Teori Arus Balik.
N.J. Krom menyebutkan bahwa
proses masuknya kebudayan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan
Indonesia. Para pedagang India yang berdagang di Indonesia disesuaikan dengan
angin musim. Apabila angin musim tidak memungkinkan mereka untuk kembali, maka
dalam sementara waktu menetap di Indonesia. Selama para pedagang India tersebut
menetap di Indonesia, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan penduduk
pribumi. Menurut N.J.Krom,
mulai dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dan menyerap dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu para pedagang yang termasuk dalam
kasta Waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang umumnya
hanya dikuasi oleh kasta Brahmana. Namun bila melihat peninggalan Prasasti yang
dikeluarkan oleh negara-negara kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, sebagian
besar menggunakan bahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa. Dengan demikian,
timbul pertanyaan " Munkinkah para pedagang India mampu membawa pengaruh
kebudayaan yang sangat tinggi ke Indonesia, sedangkan hanya kasta Brahmana yang
menguasai bahasa sansekerta dan huruf Pallawa ".
2. Teori Ksatria
Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg. Ia menggunakan istilah hipotesa ksatria.
Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke Indonesia adalah
ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang
brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia.
Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini
kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru. Hipotesis ksatria
banyak mengandung kelemahan yaitu tidak adanya bukti kolonisasi baik di India
maupun di Indonesia. Kedudukan kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu
tidak memungkinkan menguasai masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan
unsur masyarakat India (sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya).
Tidak mungkin para pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru
serta para ksatria juga tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
3. Teori
Brahmana
Teori brahmana muncul karena sanggahan dan para ahli
terhadap Teori Waisya dan Kesatria. Van
Leur mengajukan beberapa alasan,
antara lain sebagai berikut.
a. Kolonisasi yang merupakan
penakiukan oleh golongan kesatria sama sekali tidak tercatat dalam
sumber-sumber sejarah Indonesia dan India.
Sebaliknya, telah terjadi perubahan-perubahan budaya dan
keagamaan di Indonesia. Misalnya, sebelum kedatangan agama Hindu dan Buddha,
nenek moyang percaya adanya kekuatan roh karena nenek moyang bangsa Indonesia
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Setelah kedatangan agama
Hindu-Buddha, kepercayaan tersebut hilang dan diganti kepercayaan agama Hindu
dan Buddha. Oleh karena ini, menurut van Leur berdasarkan sifat unsur-unsur
budaya India, budaya Indonesia cenderung menem patkan peranan golongan brahmana
dalam proses penyebaran budaya India di Indonesia. Kedatangan para brahmana dan
pendeta agama Hindu-Buddha untuk memperkenalkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
tersebut dilakukan atas undangan para penguasa Indonesia.
Seorang ahli sejarah lainnya bernama F. D. K. Bosch berpendapat bahwa hanya golongan
cendekiawan (Clerks) saja yang dapat menyebarkan unsur-unsur budaya India
kepada bangsa Indonesia. Proses kontak dan pengartih budaya antara budaya
Indonesia dan India disebut dengan istilah penyuburan. Menurut F.D. K. Bosch, adadua macam
proses penyuburan, yaitu proses penyuburan melalui pendeta agama Buddha dan
penyebaran agama Hindu: Dalam proses penyebaran agarna Hindu, kaum brahmana
yang datang ke Indonesia bertugas untuk memimpin upacara ke agamaan Hindu.
Karena mereka memiliki pengetahuan yang luas mengenai kitab-kitab suci, para
pendeta diangkat sebagai penasihat raja dalam bidang keagamaan, pemerintahan,
peradilan, dan hukum.
4. Teori Arus Balik
Pada
dasarnya ketiga teori di atas memiliki kelemahan karena golongan kesatria dan
waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah
bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Selain itu,
golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta, tetapi menurut
kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyeberangi laut. Selanjutnya, muncul
teori arus balik oleh G. Coedes. Menurut sarj ana Prancis bernama G.
Coedes yang berperan dalam proses penyebaran kebudayaan India di Indonesia
adalah bangsa Indonesia. Ada beberapa kepentingan bagi orang-orang Asia Timur,
seperti Indonesia yang berkunjung ke India. Selain untuk memperdalam
pengetahuan agama Hindu-Buddha para mahasiswa dan Sriwijaya yang belajar di
perguruan tinggi agama Hindu di India juga belajar kebudayaan India. Ketika
kembali ke Indonesia, mereka membawa pengaruh kebudayaan India.
Akulturasi Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha
Akulturasi
Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha merupakan sebuah proses bagaimana diterimanya
agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Nusantara. Perkembangan Hindu-Budha bisa
dibilang sangat baik diterima oleh penduduk nusantara walaupun dibutuhkan waktu
berabad-abad. Diantara kedua agama tersebut, Budha merupakan yang paling mudah
diterima oleh penduduk sekitar karena ajarannya yang mudah dimengerti dan
dipahami.
Akulturasi budaya paling
mudah kita lihat dalam bentuk kesenian, seperti seni rupa, seni sastra, dan
seni bangunan yang merupakan unsur kebudayaan material. Akulturasi budaya ini
juga dapat kita saksikan dalam upacara-upacara ritual. Pelaksanaan proses
akulturasi tersebut dilakukan oleh para cendekiawan, agamawan, arsitek,
sastrawan istana maupun rakyat, dan para seniman. Berikut adalah berbagai macam
pengaruh yang ditimbulkan oleh kebudayaan Hindu-Budha, antara lain.
1.
Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha pada Seni Bangunan
Pengaruh kebudayaan
Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat
dengan jelas pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama
Hindu dan candi dalam agama Buddha. Dalam agama Hindu, candi difungsikan
sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat
pemujaan atau peribadatan.
Bangunan candi di Indonesia
yang bercorak Hindu, antara lain, candi Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu
Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng, candi Jago, candi Singasari,
candi Kidal, candi Panataran, candi Surawana, dan gapura Bajang Ratu. Bangunan
candi yang bercorak Buddha, antara lain, candi Borobudur, candi Mendut, candi
Pawon, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi Muara Takus.
2.
Pengaruh
Kebudayaan Hindu-Budha pada Seni Rupa
Seni rupa Nusantara yang
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat
atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan
dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa.
Beberapa candi memiliki
relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil dari kitab
kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan.
Relief di Jawa Timur memakai relief 2 dimensi sedangkan Jawa Tengah menggunakan
relief 3 dimensi. Adapun relief yang terkenal di Indonesia yaitu Relief Candi
Borobudur dan Candi Prambanan.
3.
Pengaruh
kebudayaan Hindu-Buddha pada Sistem Pemerintahan
Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk
ke Indonesia, struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku
dengan pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares. Setelah pengaruh
Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan.
Kepemimpinan lalu diturunkan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya
kemudian membentuk kalangan yang disebut bangsawan. Dalam perkembangannya, ada
dua corak kerajaan berdasarkan budaya Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak
Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu (Mataram Kuno),
Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai
kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, antara lain,
Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya, dan Mataram Buddha. Kerajaan
Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di Indonesia.
4.
Pengaruh
Kebudayaan Hindu-Budha pada Sistem Kepercayaan
Pada saat budaya
Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan asli,
yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama Hindu dan
Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha
lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat
dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal
kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama
derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap
manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa
terhadap masyarakat.
5.
Sistem
Perdagangan dan Transportasi
Dalam berbagai prasasti yang
ditemukan, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi, bangsa Indonesia telah mampu
turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia. Perkembangan ini
dipicu pula oleh perkembangan teknologi transportasi pelayaran. I-Tsing,
musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang mampir ke Indonesia pada abad ke-7
dalam perjalanannya ke India dengan menumpang kapal milik Sriwijaya, mengatakan
bahwa pada awalnya bangsa Indonesia memang telah akrab dengan dunia pelayaran,
meski baru terbatas pada pulau-pulau yang berdekatan. Alat transportasi yang
digunakan adalah kapal cadik berukuran kecil. Bersamaan dengan munculnya
kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit, mulailah
dikenal teknologi pembuatan kapalkapal yang lebih besar dan pelayaran yang
dilakukan dapat menjangkau jarak yang lebih jauh. Bangsa Indonesia jadi dapat
berperan lebih aktif dalam perdagangan internasional dengan berlayar sendiri ke
negara-negara yang biasanya berdagang dengan Indonesia. Hal ini tergambar dalam
relief candi Borobudur. Tiga jenis kapal yang digambarkan dalam relief tersebut
adalah perahu lesung, kapal besar tidak bercadik, dan kapal bercadik.
7. Sistem penguasaan tanah
Tanah
dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik kerajaan. Namun,
pengolahan atau pemanfaatan diserahkan kepada rakyat yang hidup dalam lingkup
kerajaan tersebut. Hak pemanfaatan lahan ini disebut hak anggaduh, artinya
rakyat hanya dipinjami tanah oleh raja. Tanah garapan itu dapat
dipindahtangankan kepada rakyat lainnya dalam lingkup kerajaan yang sama dan
hak anggaduh tersebut dapat digunakan secara turun temurun. Akan tetapi, jika
sewaktu-waktu raja memintanya kembali, misalnya, untuk keperluan pendirian
candi atau bangunan milik kerajaan atau suatu kepentingan umum lainnya, rakyat
tidak dapat menolak.
8. Sistem pajak
Pengembangan dan jaminan kelangsungan
suatu kerajaan tentu memerlukan biaya. Biaya ini diambil dari hasil
perdagangan, pertanian, dan pungutan pajak kepada rakyat. Pajak dipungut oleh
pejabat di tingkat daerah dari desa-desa yang ada di wilayahnya. Setiap habis
panen, pajak tersebut wajib diserahkan pada kerajaan. Di tingkat pusat, ada
petugas khusus yang bertugas mencatat luas tanah di wilayah kerajaan untuk
dijadikan dasar perhitungan penetapan pajak yang wajib dipungut. Rakyat
diwajibkan untuk membayar pajak tepat waktu.
9. Tenaga kerja
Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam
hal ini, rakyat merupakan abdinya yang harus menaati semua perintahnya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu, kekuasaan raja merupakan kekuasaan tertinggi dan
mutlak sebab raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di bumi dan memerintah atas
nama dewa. Oleh karena itu, rakyat dituntut untuk bersikap setia kepada raja.
10. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini
terlihat dengan adanya Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender
dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari,
tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun
ada 365 hari.
A. M.C. Rickelf
B. Supartono Widyosiswoyo
C. Ahmad Mansyur Suryanegara
Dampak positif masuknya budaya
asing bagi bangsa Indonesia
Dampak
negatif masuknya budaya asing bagi bangsa Indonesia
Awal Masuknya Agama dan
Kebudayaan Islam ke Indonesia
Banyak
sejarah masuknya Islam yang berbeda-beda dan saling bersangkutan. Kali
ini kita akan membahas bagaimana masuknya islam ke Indonesia. Pembawa ajaran islam
datang dengan damai dan ramah sehingga diterima oleh penduduk sekitarnya. Dengan
cara itu ajaran islam sangat mudah sekali mempenaruhi penduduk sekitarnya. Apalagi
cara masuk agama islam sangatlah mudah, hanya dengan menggunakan dua kalimat
syahadat, orang yang mengucapkannya sudah menjadi orang islam. Seperti itulah
singkat cerita awal dari masuknya islam ke Indonesia, mari kita telusuri lebih
jauh dan detail tentang proses masuknya islam serta penyebaran dan
perkembangannya sebagai berikut.
Ada teori-teori dari sebagian orang yang mengungkapkan
proses masuk islam, dan diantaranya yaitu :
A. M.C. Rickelf
Kemungkinan
berlangsungnya memulai dua proses. Pertama, penduduk pribumi (Indonesia)
berhubungan dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Dan yang kedu,
orang-orang asing (Arab, India, Persia, dan lain-lain) yang telah memeluk agama
Islam bertempat tinggal secara tetap pada suatu wilayah di Indonesia, melakukan
pernikahan campuran, dan mengikuti gaya hidup local sehingga mereka berbaur
menjadi orang Jawa, Melayu, Sunda, atau anggota suku lainnya. Kedua proses ini
mungkin telah sering terjadi bersamaan.
B. Supartono Widyosiswoyo
Menurut
penetrasi Islam dibagi menjadi tiga jalur, yakni jalur Utara, Jalur Tengah,
Jalur Selatan. Jalur Utara adalah masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia.
Dari sanalah Islam bergerak ke timur melalui jalur darat Afganistan, Pakistan,
Gujarat, lalu kemudian menempuh jalur laut menuju Indonesia. Melalu jalur Utara
ini Islam tampil dalam bentuk barunya, yakni aliran tasawuf. Aliran inilah yang
paling cepat mendorong konversi penduduk Indonesia ke dalam Islam Nusantara.
Aceh adalah salah satu basis persebaran Islam Jalur Utara ini. Jalur Tengah
adalah masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur
semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari situ lah Islam menyebar dalam bentuk yang
relative asli, diantara lain adalah Wahhabi. Jalur Selatan pangkalnya di
wilayah Mesir. Pada saat itu, Kairo adalah merupakan pusat penyiaran agama
Islam modern dan Indonesia memperoleh pengaruhnya dalam bentuk organisasi
keagamaan, Muhammadiyah. Kegiatan melalui jalur ini terutama pendidikan,
dakwah, dan penentangan bid’ah.
C. Ahmad Mansyur Suryanegara
Ahmad
Mansyur Suryanegara dalam bukunya “Menemukan Sejarah”, menyatakan bahwa adanya
tiga teori dalam memandang masuknya Islam ke Indonesia, yakni adalah sebagai
berikut.
- Teori Gujarat
Teori Gujarat menyatakan bahwa agama Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat, India.
Dasar dari teori ini adalah kurangnya fajta yang menjelaskan peranan bangsa
Arab dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia, hubungan dagang indonesia
dengan Indonesia memang telah lama melalui jalur Indonesia-Gujarat-Timur
Tengah-Eropa, adanya Batu Nisan Sultan Samudra Pasai, yakni Malik al Saleh
(1297) khas Gujarat, keterangan Marcopolo tahun 1292 yang mencetikan bahwa di
Perlak sudah banyak peduduk yang memeluk agama Islam dan banyak pedagan Islam
dari India. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgrontje, W.F. Stutterheim,
dan Bernard H.M. Vlekke.
- Teori Mekkah
Teori Mekkah adalah merupakan teori yang
muncul sebagai sanggahan terhadap teori Gujarat. Pendukung teori Mekkah ini
adalah HAMKA, Van Leur, dan T.W. Arnold. Teori mekkah berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan penyebarannya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah pada abad ke-7, yakni tahun 647 di Pantai Barat Sumatra
sudah terdapat perkembangan Islam (Arab). Kerajaan Samudra Pasai menganut
aliran mazhab syafi’I padahal pengaruh mazhab syafi’I terbesar pada waktu itu
adalah Mesir dan Mekkah. Raja Samudra Pasai menggunakan gelar ‘’all Malik’’ yang
mempunyai kesamaan dengan gelar yang dipakai di Mesir.
- Teori Persia
Teori Persia berpendapat bahwa Agama Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Pendukung teori Persia ini adalah Umar Amir Husen dan P.A Hussein Jayadiningrat.
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia, seperti mengenai peringatan 10 Muharram atau Asyura atas
meninggalnya Imam Husein cucu nabi Muhammad saw. di daerah Sumatra barat
peringatan tersebut di sebut dengan upacara tabulik atau tabut, kesamaan ajaran
sufi yang dianut oleh Syekh Siti Jennar dengan ajaran sufi dari Iran, yakni al
Hallaj, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf arab untuk
tanda-tanda bunyi harakat, ditemukannya Makam Maulana Malik Ibrahim yang
berangka tahun 1419 di Gersik, adanya perkembangan Leren/Leren di Giri, Gersik
ayng menyamai kesamaan dengan nama Perkembangan di Persia.
Proses masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara
bertahap. Cara penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia melalui
berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi
di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad
ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu,
yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di
kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya
adalah Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang
yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat,
tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi
gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih menguntungkan
lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah dengan anak raja
atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam, rakyatnya pun akan
mudah diajak masuk Islam.
Misalnya, perkawinan Maulana Iskhak dengan
putri Raja Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat
(Sunan Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan
putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati
Tuban (R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh
Jali (Jaleluddin).
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf
biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para
ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4. Saluran Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua
adalah pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama
dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para
guru agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang
ke daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
Pesantren yang telah berdiri pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya yang
didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu). Raja-raja dan keluarganya
serta kaum bangsawan biasanya mendatangkan kiai atau ulama untuk menjadi guru
dan penasihat agama. Misalnya, Kiai Ageng Selo adalah guru Jaka Tingkir; Kiai
Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Banten; Maulana Yusuf adalah penasihat agama
Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Saluran Seni Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni
budaya, misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid
Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Begitu pula, nisan-nisan makam kuno di
Demak, Kudus, Cirebon, Tuban, dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Hal
itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya
masyarakat yang telah ada, tetapi justru ikut memeliharanya. Seni budaya yang
tetap dipelihara dalam rangka proses islamisasi itu banyak sekali, antara lain
perayaan Garebek Maulud (Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan
wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan
Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh
dengan cara menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa
pergaulan (Melayu).
6. Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Para Wali Sanga yang berjuang dalam penyebaran
agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut :
·
Maulana Malik Ibrahim
·
Sunan Ampel
·
Sunan Drajad
·
Sunan Bonang
·
Sunan Giri
·
Sunan Kalijaga
·
Sunan Kudus
·
Sunan Muria
·
Sunan Gunung Jati
Pengaruh Budaya Modern di Indonesia
Indonesia
merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan mempunyai peranan
penting dalam jalur perdagangan, budaya, politik, dan sebagainya. Semakin
majunya perkembangan di dunia Indonesiapun ikut berkembang di berbagai bidang
yang bisa disebut modernisasi. Modernisasi adalah proses
perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam
rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Banyak sekali
pengaruh luar seperti budaya barat yang masuk dan berkembang di Indonesia
seperti cara berpakaian, cara hidup, dan sistem politik serta pemerintahan.
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pengaruh budaya
modern ini dalam aspek positif ataupun negative, diantara lainnya sebagai
berikut.
Dampak positif masuknya budaya
asing bagi bangsa Indonesia
§ Perubahan tata nilai dan sikap
§ Pola pikir masyarakat yang berubah, dan
menuju masyarakat yang modern
§ Berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga
teknologi, sehingga masyarakat bisa mengetahui informasi yang ada di Indonesia
dan di dunia
§ Tingkat kehidupan yang lebih baik
§ Sikap yang lebih baik seperti, disiplin,
sigap dan lain sebagainya
§ Bermunculan produk-produk luar negeri
yang diproduksi di Indonesia, membuat terciptanya lapangan pekerjaan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia
§ Dapat memperkaya keberagaman budaya
Indonesia bila dimanfaatkan dengan baik
Dampak
negatif masuknya budaya asing bagi bangsa Indonesia
§ Pola hidup konsumtif
§ Sikap individualistis
§ Gaya hidup kebarat-baratan
§ Kesenjangan sosial
§ Menggunakan busana yang idak sesuai
dengan norma yang berlaku di Indonesia
§ Materialistis
§ Budaya hidup bermewah-mewahan
§ Tersingkirnya produk dalam negeri, karena
masyarakat cenderung memilih ke barang impor yang anggapannya memiliki merk dan
kualitas tinggi.
§ Dengan masuknya budaya asing tersebut,
maka akan menyebabkan lemahnya nilai-nilai budaya bangsa, dan masyarakat
lama-kelamaan akan meninggalkan budaya Indonesia yang dianggapnya sudah kuno.
§ Terjadinya perubahan budaya, misalnya
pada masa lalu masyarakat akan mengunjungi rumahnya apabila ada hal yang ingin
disampaikan, akan tetapi karena sudah ada handphone dan tekhnologi canggih maka
dapat melalui pesan singkat atau telephone. Ini akan membuat hubungan antara
keduanya tidak sedekat apabila langsung bertemu (bersilaturahmi).
§ Minat terhadap budaya Indonesia semakin
berkurang karena beralih ke budaya barat, sebagai contoh anak muda akan lebih
minat dengan tarian modern (dance) daripada tari-tarian tradisional (misal :
tari jaipong).
§ Anak-anak Indonesia lebih sudak bermain
game online daripada mainan-mainan tradisional seperti main kelereng,
gangsingan, dan lain sebagainya.
Sekian yang dapat saya
jelaskan tentang Peranan Hindu-Budha, Islam, dan Modern di Indonesia. Mohon
maaf bila ada kekurangan serta salah kata yang menyinggung perasaan anda,
karena saya hanyalah manusia yang tak luput dari dosa dan kesempurnaan hanya
milik Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih atas kunjungan dan perhatiannya,
terimakasih.
Daftar Pustaka
http://www.markijar.com/2015/05/pengaruh-perkembangan-hindu-buddha-pada.html
http://www.solusismart.com/pengaruh-hindu-budha-di-indonesia/
http://www.ilmubagi.id/2015/04/pengaruh-kebudayaan-hindu-budha-di_0.html
http://www.gerbangilmu.com/2014/06/dampak-pengaruh-agama-hindu-budha-di.html
http://www.seputarpendidikan.com/2015/11/sejarah-teori-dan-proses-masuknya-islam- ke-indonesia.html
http://www.softilmu.com/2014/08/perkembangan-islam-di-indonesia.html
https://jagoips.com/2013/04/24/teori-teori-masuknya-islam-ke-indonesia/
http://www.pengertianahli.com/2013/08/pengertian-modernisasi.html
http://www.solusismart.com/pengaruh-hindu-budha-di-indonesia/
http://www.ilmubagi.id/2015/04/pengaruh-kebudayaan-hindu-budha-di_0.html
http://www.gerbangilmu.com/2014/06/dampak-pengaruh-agama-hindu-budha-di.html
http://www.seputarpendidikan.com/2015/11/sejarah-teori-dan-proses-masuknya-islam- ke-indonesia.html
http://www.softilmu.com/2014/08/perkembangan-islam-di-indonesia.html
https://jagoips.com/2013/04/24/teori-teori-masuknya-islam-ke-indonesia/
http://www.pengertianahli.com/2013/08/pengertian-modernisasi.html
this blog is very useful and relevan with article i've read, for more detail you can visit https://fib.unair.ac.id/fib/2023/01/11/fib-unair-dan-disbudporapar-kota-surabaya-adakan-seminar-membaca-ulang-sejarah-dan-kebudayaan-kota-surabaya/
ReplyDelete